Minggu, 23 Maret 2014

Contoh di kehidupan sehari-hari menurut teori Vygotsky

Lev Semionovich Vygotsky (1896-1934) merupakan psikolog Rusia yang sezaman dengan Piaget. Dia menulis di Uni Soviet antara tahun 1920 hingga tahun 1930-an, namun teorinya baru dipublikasikan di Amerika pada tahun 1960-anScaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya

Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri.

Contoh yang pernah saya alami dalam kehidupan saya adalah ketika waktu saya berumur 4 tahun. Saat itu saya dibelikan sepeda oleh Ayah saya dan saya sangat senang karena merupakan hadiah ulang tahun saya. Ketika saya dibelikan, saya langsung antusias untuk segera mengendarainya dan bermain dengan teman-teman rumah saya yang sudah terlebih dahulu mempunyai sepeda. Keesokan harinya, saya bangun pagi dan langsung mengambil sepeda untuk saya kendarai. Tetapi saya tersadar bahwa saya belum dapat mengendarai sepeda tersebut. Akhirnya saya meminta kepada Ayah saya untuk diajari bagaimana mengendarai sepeda tersebut. Karena hari itu kebetulan adalah hari minggu maka Ayah saya sekalian berolahraga menggunakan sepedanya. Pertama-tama , Ayah mengajari saya bagaimana naik ke sepeda lalu bagaimana memegang stang sepeda. Ayah juga memberitahukan apa-apa saja nama-nama bagian-bagian yang ada di sepeda. Setelah saya sudah dapat melakukannya dengan baik, Ayah menuntun saya untuk menggoes sepeda tersebut agar berjalan. Saat itu saya masih takut terjatuh sehingga Ayah memegang sangat erat sepeda agar saya tetap percaya diri untuk menggoesnya. Setelah satu putaran bisa saya lalui, Ayah menyuruh saya melihat dia bagaimana mengendarai sepedanya. Ayah juga mengajari keseimbangan dalam mengendarai sepeda. Beberapa kali dicoba dan tetap dituntun oleh Ayah, akhirnya saya memberanikan diri untuk melakukannya sendiri. Saya mencoba perlahan-lahan agar tidak terjatuh karena kadang saya suka tidak seimbang, Ayah mengikuti saya dari belakang. Beberapa kali saya terjatuh dan sebenarnya membuat saya kapok untuk mengendarainya lagi tetapi Ayah terus memberi saya semangat dan akhirnya saya terus berusaha agar saya bisa lancar mengendarainya. Dan setelah diulang berkali-kali dan jatuh berkali-kali, akhirnya saya lancar juga bersepeda. Minggu berikutnya, saya sudah dapat bermain sepeda bersama-sama teman-teman rumah saya dan tidak perlu dituntun Ayah lagi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar