11066susifarida.blogspot.com
11030lfap.blogspot.com
1. SEJARAH TOKOH
Wechsler adalah seorang psikolog klinis kelahiran Lespedi, Romania pada tanggal 12 Januari 1896. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dan sekolah menengah di New York City, dan mendapatkan gelar A.B. dari College of the City pada tahun 1916, serta gelar M.A. dari Columbia University pada tahun 1917. Pada awal kariernya, Wechsler dipercayakan sebagai trainer psikologis di Amerika Serikat dalam perang dunia I. tugasnya adalah menghitung dan mengevaluasi prestasi prestasi dari ribuan calon tentara, berdasarkan Army Alpha Test. Kemudian Wechsler mendapatkan pelatihan dasar di sekolah psikologi militer di kamp Greenkar, Georgeia, dan iapun ditugaskan di unit psikologi di Fort Logan, Texas sebagai tim penilai (evaluasi) prestasi para calon tentara yang merujuk kepada Stanford-Binet Intelligence Scale, The Yarkes Point Scales, serta The Army Individual Performance Scale.
Pada bulan Agustus 1919, Wechsler mendapatkan beasiswa dari The Society of American Fellowship untuk melanjutkan program studi di Paris University, dan selesai pada tahun 1922. Ia kemudian kembali ke Amerika Serikat, dan mendapatkan kepercayaan sebagai psikolog pada Bureau of Child Guidance dari tahun 1922 sampai dengan 1924. Dalam masa kerjanya di Bureau of Child Guidance, Wechsler sempat mengikuti part time class di Columbia University, dan meraih gelar doktoralnya pada tahun 1925. pada tahun 1932, Wechsler diangkat menjadi kepala bagian psikologi di Belevue Psychiatric Hospital. Pada tahun yang sama, Wechsler mulai mengembangkan satu bentuk tes inteligensi baru, sebagai revisi atas beberapa tes inteligensi sebelumnya, seperti tes Binet dan Simon yang sebelumnya mendominasi dunia tes inteligensi pada zamannya.
Wechsler adalah seorang psikolog klinis kelahiran Lespedi, Romania pada tanggal 12 Januari 1896. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dan sekolah menengah di New York City, dan mendapatkan gelar A.B. dari College of the City pada tahun 1916, serta gelar M.A. dari Columbia University pada tahun 1917. Pada awal kariernya, Wechsler dipercayakan sebagai trainer psikologis di Amerika Serikat dalam perang dunia I. tugasnya adalah menghitung dan mengevaluasi prestasi prestasi dari ribuan calon tentara, berdasarkan Army Alpha Test. Kemudian Wechsler mendapatkan pelatihan dasar di sekolah psikologi militer di kamp Greenkar, Georgeia, dan iapun ditugaskan di unit psikologi di Fort Logan, Texas sebagai tim penilai (evaluasi) prestasi para calon tentara yang merujuk kepada Stanford-Binet Intelligence Scale, The Yarkes Point Scales, serta The Army Individual Performance Scale.
Pada bulan Agustus 1919, Wechsler mendapatkan beasiswa dari The Society of American Fellowship untuk melanjutkan program studi di Paris University, dan selesai pada tahun 1922. Ia kemudian kembali ke Amerika Serikat, dan mendapatkan kepercayaan sebagai psikolog pada Bureau of Child Guidance dari tahun 1922 sampai dengan 1924. Dalam masa kerjanya di Bureau of Child Guidance, Wechsler sempat mengikuti part time class di Columbia University, dan meraih gelar doktoralnya pada tahun 1925. pada tahun 1932, Wechsler diangkat menjadi kepala bagian psikologi di Belevue Psychiatric Hospital. Pada tahun yang sama, Wechsler mulai mengembangkan satu bentuk tes inteligensi baru, sebagai revisi atas beberapa tes inteligensi sebelumnya, seperti tes Binet dan Simon yang sebelumnya mendominasi dunia tes inteligensi pada zamannya.
2. PENGERTIAN INTELLEGENSI
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Ciri-ciri intelegensi yaitu :
1. Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).
2. Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
menurut Wechler (1958) mermuskaan intelligensi sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam.
Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test-retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial (Standfort revision benet test).
Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut :
1). Laju perkembangan Inteligensi pada masa remaja-remaja berlangsung sangat pesat,
2). Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137-138).
Ditinjau dari perkembangan kogninif menurut piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkrit.
Sementara proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaannya dari mulai usia 12 – 20 tahun. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Sistem syaraf yang memproses infprmasi berkembang secara cepat pada usia ini. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syarat, lobe frontal, yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini terus berkembang terus sampai usia 20 tahun atau lebih. Perkembangan lobe frontal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan intelektual remaja, seperti pada usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja itu termasuk anak berbakat atau pintar. Namun belum bijaksana, maksudnya remaja tersebut mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua usianya. Yang menunjukkan wawasan atau perspektif yang luas terhadap masalah tersebut (Sigelman & Shaffer, 1995)
Pada periode kongkrit, anak mungkin mengartikan sistem keadilan dikaitkan dengan polisi atau hakim, sedangkan remaja mengartikannya sesuatu yang abstrak, yaitu sebagai suatu aspek kepedulian pemerintah terhadap hak-hak warga masyarakat yang mempunyai interes remaja.
Adapun pembahasan mengenai inteligensi itu secara teknis pada pokoknya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1). Pembahasan mengenai sifat hakekat inteligensi, dan
2). Pembahasan mengenai penyelidikan inteligensi itu
Hal yang sama lebih bersifat teoritis-konsepsional, sadang hal yang kedua lebih bersifat teknis metodologisnya. Dalam pada itu harus diingat bahwa penggolongan seperti yang dikemukakan itu hanyalah bersifat teknis bukan prinsip. Sebab kedua hal itu pada hakekatnya tidak dapat di pisah-pisahkan dengan tajam
Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test-retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial (Standfort revision benet test).
Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut :
1). Laju perkembangan Inteligensi pada masa remaja-remaja berlangsung sangat pesat,
2). Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137-138).
Ditinjau dari perkembangan kogninif menurut piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkrit.
Sementara proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaannya dari mulai usia 12 – 20 tahun. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Sistem syaraf yang memproses infprmasi berkembang secara cepat pada usia ini. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syarat, lobe frontal, yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini terus berkembang terus sampai usia 20 tahun atau lebih. Perkembangan lobe frontal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan intelektual remaja, seperti pada usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja itu termasuk anak berbakat atau pintar. Namun belum bijaksana, maksudnya remaja tersebut mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua usianya. Yang menunjukkan wawasan atau perspektif yang luas terhadap masalah tersebut (Sigelman & Shaffer, 1995)
Pada periode kongkrit, anak mungkin mengartikan sistem keadilan dikaitkan dengan polisi atau hakim, sedangkan remaja mengartikannya sesuatu yang abstrak, yaitu sebagai suatu aspek kepedulian pemerintah terhadap hak-hak warga masyarakat yang mempunyai interes remaja.
Adapun pembahasan mengenai inteligensi itu secara teknis pada pokoknya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1). Pembahasan mengenai sifat hakekat inteligensi, dan
2). Pembahasan mengenai penyelidikan inteligensi itu
Hal yang sama lebih bersifat teoritis-konsepsional, sadang hal yang kedua lebih bersifat teknis metodologisnya. Dalam pada itu harus diingat bahwa penggolongan seperti yang dikemukakan itu hanyalah bersifat teknis bukan prinsip. Sebab kedua hal itu pada hakekatnya tidak dapat di pisah-pisahkan dengan tajam