Rabu, 27 Juni 2012

Benarkah Minum Susu Sapi Menggemukan?


Benarkah minum susu sapi menggemukan? Jawabanya pasti sudah tahu “YA” tapi berapa takarannya yang aman? Mungkin beberapa orang berpikir lebih mending jangan minum susu sapi saja atau ganti dengan susu lain. Memang susu lain seperti susu kedelai memiliki kandungan yang hampir sama dengan  susu sapi namun susu sapi memiliki point unggul yang tidak dimiliki susu kacang. Keunggulannya adalah:
  • Mengandung kalsium yang tinggi dimana kalsium ini baik untuk kesehatan tulang dan gigi.
  • Mengandung B12 dalam jumlah banyak yang berperan penting kinerja otak, sistem saraf dan pembentukan darah.
  • Mengandung methionine yang tinggi. Menthionine adalah bagian asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Dikarenakan kandungan penting ini, disarankan setiap orang meminum susu sapi terkecuali orang yang alergi ya. Beberapa orang memiliki alergi yang membuatnya tidak bisa mengkonsumsi susu sapi.

Studi Kasus

Studi kasus yang diadakan dengan gabungan Harvard Medical School dan Boston Women’s Hospital menunjukkan bahwa anak-anak dengan umur 9-14 tahun yang mengkonsumsi  3 gelas susu sapi setiap hari bisa mengalami kelebihan berat badan bahkan untuk anak-anak yang mengkonsumsi susu low-fat sekalipun. Studi ini dilakukan pada tahun 2005. Dari studi ini pun dilihat bahwa persentase anak-anak  gemuk yang mengkonsumsi 3 gelas sehari adalah 35% lebih besar daripada anak-anak yang minum susu dengan jumlah 1 atau 2 gelas sehari.
Jadi susu sapi memang mengemukan tapi bia melihat hasil penelitian Harvest, tidak ada salahnya minum susu 3 kali seminggu diikuti dengan makanan sehat dan olahraga pastinya tidak akan menggemukan. Apalagi susu sapi banyak manfaatnya. –hm-

7 Gejala Lemah jantung yang Perlu Diwaspadai

Jantung adalah sekumpulan otot berukuran sebesar kepalan tangan. Fungsinya memompa darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke sel-sel yang membutuhkan energi serta mengangkut limbah-limbah sel tubuh. Berbagai gangguan pada organ ini memiliki gejala yang serupa dan khas.

Lemah jantung adalah suatu kondisi di mana jantung tak berfungsi dengan normal atau kemampuannya menurun. Jantung memiliki otot khusus yang sangat tergantung kemampuannya dari tekanan darah yang ada di tubuh. Jika tekanan darah tinggi, maka kerja otot akan semakin besar. Berbeda dengan otot tubuh yang lain, semakin besar otot jantung, kemampuannya untuk memompa darah justru makin menurun.

Lemahnya kekuatan otot jantung sangat sulit diatasi karena karakteristiknya sangat berbeda dari otot tubuh lainnya. Yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan kekuatan jantung agar cukup kuat memompa darah dengan obat-obatan.

Seperti dilansir Ucsfhealth.org, Selasa (26/6/2012), tanda-tanda khas dari lemah jantung antara lain:

1. Sesak napas
Ketika jantung mulai melemah fungsinya, darah kembali masuk ke pembuluh darah yang memasok oksigen dari paru-paru ke jantung. Akibatnya, pernapasan menjadi terganggu. Biasanya gejalanya muncul sebagai sesak napas selama berolahraga atau melakukan kegiatan lainnya.

Jika kondisinya memburuk, sesak napas dapat terjadi saat sedang istirahat atau tidur. Sesak napas yang dialami ini akan menyebabkan tubuh merasa lelah dan cemas.

2. Kelelahan
Ketika jantung semakin melemah, jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan tubuh. Sebagai kompensasi, darah dialihkan dari bagian tubuh yang kurang penting, misalnya lengan dan kaki, untuk memasok daerah yang lebih penting seperti jantung dan otak. Akibatnya penderita sering merasa lemah, terutama di bagian lengan dan kaki dan mengalami kesulitan melakukan aktivitas normal seperti berjalan, naik tangga atau membawa beban berat.

3. Batuk kronis
Penumpukan cairan di paru-paru dapat menyebabkan batuk yang sulit disembuhkan atau mengi. Terkadang sampai menghasilkan dahak atau lendir yang bercampur dengan darah.

4. Detak jantung cepat atau tidak teratur
Jantung dapat mempercepat denyutnya untuk mengimbangi ketidakmampuannya memompa darah ke seluruh tubuh. Penderita akan merasa jantungnya berdebar atau terkadang denyut jantungnya tidak teratur.

5. Nafsu makan berkurang
Ketika hati dan sistem pencernaan sudah bekerja keras namun gagal menerima pasokan darah sehat, maka akibatnya muncul rasa mual atau kenyang padahal belum makan. Gangguan ini ditambah berbagai faktor lain dapat menyebabkan berat badan berkurang dengan cepat.

6. Gangguan berpikir
Kadar zat tertentu yang abnormal dalam darah seperti natrium dan berkurangnya aliran darah ke otak dapat mengganggu daya ingat atau disorientasi. Namun penderita lemah jantung sendiri seringkali tidak menyadarinya.

7. Penumpukan cairan dan pembengkakan
Karena aliran darah ke ginjal terganggu, ginjal memproduksi hormon yang menyebabkan penyimpanan garam dan air. Akibatnya terjadi pembengkakan atau disebut juga dengan edema. Kondisi ini paling sering terjadi pada pergelangan tangan dan kaki.

Sumber : http://health.detik.com/read/2012/06/26/135746/1951109/766/7-gejala-lemah-jantung-yang-perlu-diwaspadai

ANDRAGOGI :D



Andragogi



Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles.

Andragogi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogi yang asal katanya berarti mengarahkan anak anak.

Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:
Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasiuntuk belajar).
Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).

Istilah andragogi telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara pendidikan yang diarahkan diri sendiri dengan pendidikan melalui pengajaran oleh orang lain.

Secara etimologis, andragogi berasal dari bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau melayani.

Knowles (Sudjana, 2005: 62) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Berbeda dengan pedagogi karena istilah ini dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak (pedagogy is the science and arts of teaching children).

Orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dilihat dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang disebut dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia telah melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.

Darkenwald dan Meriam (Sudjana, 2005: 62) memandang bahwa seseorang dikatakan dewasa apabila ia telah melewati masa pendidikan dasar dan telah memasuki usia kerja, yaitu sejak umur 16 tahun. Dengan demikian orang dewasa diartikan sebagai orang yang telah memiliki kematangan fungsi-fungsi biologis, sosial dan psikologis dalam segi-segi pertimbangan, tanggung jawab, dan peran dalam kehidupan. Namun kedewasaan seseorang akan bergantung pula pada konteks sosio-kulturalnya. Kedewasaan itupun merupakan suatu gejala yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan untuk menjadi dewasa. Istilah “andogogi” berasal dari“andr” dan “agogos” berarti memimpin, mengamong, atau membimbing.

Dugan Laird (Hendayat S., 2005: 135) mengatakan bahwa andragogi mempelajari bagaimana orang dewasa belajar. Laird yakin bahwa orang dewasa belajar dengan cara yang secara signifikan berbeda dengan cara-cara anak dalam memperoleh tingkah laku baru.

Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran melibatkan peserta didik. Keterlibatan diri (ego peserta didik) adalah kunci keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa. untuk itu pendidik hendaknya mampu membantu peserta didik untuk: (a) mendefinisikan kebutuhan belajarnya, (b) merumuskan tujuan belajar, (c) ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan (d) berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan belajar. Dengan demikian setiap pendidik harus melibatkan peserta didik seoptimal mungkin dalam kegiatan pembelajaran.

Prosedur yang perlu ditempuh oleh pendidik sebagaimana dikemukakan Knowles (1986) adalah sebagai berikut: (a) menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerjasama dalam merencanakan program pembelajaran, (b) menemukan kebutuhan belajar, (c) merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar, (d) merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik, (e) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat dan (f) menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar untuk kegiatan pembelejaran selanjutnya. Inti teori andragogi adalah teknologi keterlibatan diri (ego) peserta didik. Artinya kunci keberhasilan daam proses pembelajaran peserta didik terletak pada keterlibatan diri mereka dalam proses pembelajaran (Sudjana, 2005: 63).



Teori Belajar Orang Dewasa dan Tokohnya

1. Carl Rogers

Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu: (1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya; (2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya; (3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada di bawah tekanan (4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir. Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah: (1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa; (2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa.

Menurut Biehler (1971: 509-513) dan jarvis (1983: 106-108) Carl Rogers adalah seorang ahli ilmu jiwa humanistik yang menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran. Menurut pendapatnya, peserta belajar dan fasilitator hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui kelompok yang lebih intensif. Pendekatan ini lebih dikenal dengan istilah latihan sensitivitas: kelompok, group, workshop intensif, hubungan masyarakat.

Menurut Rogers, latihan sensitivitas dimaksudkan untuk membantu peserta belajar berbagai rasa dalam penjajagan sikap dan hubungan interpersonal di antara mereka. Rogers menanamkan sistem tersebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar. Pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar pada hakekatnya merupakan versi terakhir dari metode penemuan (discovery method).

Rogers mengemukakan adanya tiga unsur yang penting dalam belajar berpengalaman (experimental learning), yaitu:

a. Peserta belajar hendaknya dihadapkan pada masalah nyata yang ingin ditemukan pemecahannya.

b. Apabila kesadaran akan masalah telah terbentuk, maka terbentuk pulalah sikap terhadap masalah tersebut.

c. Adanya sumber belajar, baik berupa manusia maupun berbentuk bahan tertulis atau tercetak.

Teori belajar berpengalaman dari Carl Rogers, Javis mengemukakan bahwa teori tersebut mengandung nilai keterlibatan personal, intelektual dan afektif yang tinggi, didasarkan atas prakarsa sendiri (self Initiated). Peranan fasilitator dalam belajar berpengalaman ialah sekedar membantu memudahkan peserta belajar menemukan kebutuhan belajar yang bermakna baginya.

Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Roger dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri.Maka siswa akan mengalami belajar eksperensial (experiential learning) (Asri Budiningsih, 2005: 77).

2. Robert M. Gagne

Gagne mengemukakan yang terpenting bagi pendidikan orang dewasa terutama yang berkaitan dengan kondisi belajar. Menurutnya ada delapan hierarki tipe belajar seperti diuraikan sebagai berikut:
Belajar Berisyarat; belajar berisyarat dapat pada tingkatan mana saja dari hierarki sebagai suatu bentuk: Classical Conditioning. Tipe belajar ini dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa dalam bentuk sikap dan prasangka.
Belajar Stimulus Respon; belajar stimulus respon adalah sama dengan Operant Conditioning, yang responnya berbentuk ganjaran. Dua tipe berikutnya adalah rangkaian motorik dan verbal, berbeda pada tingkatan yang sama dalam hierarki.
Rangkaian motorik tidak lain dari belajar keterampilan, sedangkan
Rangkaian verbal adalah belajar dengan cara menghafal (rote learning).
Diskriminasi Berganda; dalam belajar diskriminasi ganda, memasuki kawasan keterampilan intelektual berupa kemampuan membedakan antara beberapa jenis gejala yang serupa. Dengan tipe belajar ini, peserta belajar diharapkan memiliki kemampuan untuk menetapkan mana di antara tipe tersebut yang tepat untuk sesuatu situasi khusus.
Belajar Konsep; adalah kemampuan berpikir abstrak yang mulai dipelajari pada masa remaja (adolesence). Belajar konsep merupakan salah satu unsur yang membedakan antara pendidikan orang dewasa dibandingkan dengan pendidikan anak-anak dilihat dari tingkatan pemikiran tentang konsep.
Belajar Aturan; merupakan kemampuan merespon terhadap keseluruhan isyarat, merupakan tipe belajar yang penting dalam pendidikan orang dewasa. Belajar pemecahan masalah merupakan tingkat tertinggi dalam tipe belajar menurut hierarki Gagne.
Pemecahan Masalah; Tipe pemecahan masalah bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap situasi problematik.

3. Paulo Freire

Paulo Freire adalah seorang pendidik di negara Brazilia yang gagasannya tentang pendidikan orang dewasa. Menurut Flaire, pendidikan dapat dirancang untuk percaya pada kemampuan diri pribadi (self affirmation) yang pada akhirnya menghasilkan kemerdekaan diri. Ia terkenal dengan gagasannya yang disebut dengan conscientization yang terdapat tiga prinsip:

a. Tak seorang pun yang dapat mengajar siapapun juga,

b. Tak seorang pun yang belajar sendiri,

c. Orang-orang harus belajar bersama-sama, bertindak di dalam dan pada dunia mereka.

Gagasan ini memberikan kesempatan kepada orang dewasa untuk melakukan analisis kritis mengenali lingkungannya, untuk memperdalam persepsi diri mereka dalam hubungannya dengan lingkungannya dan untuk membina kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam hal kreativitas kapablitasnya untuk melakukan tindakan. Fasilitator dan peserta belajar hendaknya bersama-sama bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pengembangan fasilitator dan peserta belajar.

4. Jack Mezirow

Mezirow adalah Teacher College Universitas Columbia, beliau mengemukakan: “Belajar dalam kelompok pada umumnya merupakan alat yang paling efektif untuk menimbulkan perubahan dalam sikap dan perilaku individu”.

Mezirow berpendapat bahwa pendidikan sebagai suatu kekuatan pembebasan individu dari belenggu dominasi budaya penjajah, namun ia melihat kemerdekaan dari perspektif yang lebih bersifat psikologis, dan kegiatan belajar sebagai suatu metode yang dapat digunakan untuk mengubah realita masyarakat.

Keinginan belajar terjadi sebagai akibat dari refleksi pengalaman, dan ia menyatakan adanya perbedaan tingkatan refleksi, menetapkan perbedaan refleksi dan menetapkan tujuh tingkatan refleksi yang mungkin terjadi dalam masa kedewasaan, yaitu:

a. Refleksivitas: kesadaran akan persepsi khusus, arti dan perilaku

b. Refleksivitas Afektif: kesadaran akan bagaimana individu merasa tentang apa yang dirasakan, dipikirkan atau dilakukan.

c. Refleksivitas Diskriminasi: menilai kemanjuran (efficacy) persepsi, dll.

d. Refleksivitas Pertimbangan: membuat dan menjadikan sadar akan nilai pertimbangan yang dikemukakan.

e. Refleksivitas Konseptual: menilai kememadaian konsep yang digunakan untuk pertimbangan.

f. Refleksivitas Psikis: pengenalan kebiasaan membuat penilaian perasaan

Mengenai dasar informasi terbatas.

g. Refleksivitas Teoritis: kesadaran akan mengapa satu himpunan perspektif lebih atau kurang memadai untuk menjelaskan pengalaman personal.

5. Malcolm Knowles

Knowles terkenal dengan teori andragoginya, oleh karena itu dianggapBapak Teori Andragogi meskipun bukan dia yang pertama kali menggunakan istilah tersebut. Andragogi berasal dari akar kata “aner” yang artinya orang (man) untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak. Andragogi adalah seni dan ilmu yang digunakan untuk membantu orang dewasa belajar. Knowles (1970) andragogi-concepts/mengembangkan konsep andragogi atas empat asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi. Keempat asumsi pokok itu adalah sebagai berikut Asumsi Pertama, seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya bergerak dari ketergantungan total menuju ke arah pengarahan diri sendiri. Atau secara singkat dapat dikatakan pada anak-anak konsep dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Apabila dia menghadapi situasi dimana dia tidak memungkinkan dirinya menjadi self directing maka akan timbul reaksi tidak senang atau menolak.

Asumsi kedua, sebagaimana individu tumbuh matang akan mengumpulkan sejumlah besar pengalaman dimana hal ini menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh karena itu, dalam teknologi andragogi terjadi penurunan penggunaan teknik transmital seperti yang dipakai dalam pendidikan tradisional dan lebih-lebih mengembangkan teknik pengalaman (experimental-technique). Maka penggunaan teknik diskusi, kerja laboratori, simulasi, pengalaman lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai.

Asumsi ketiga, bahwa pendidikan itu secara langsung atau tidak langsung, secara implisit atau eksplisit, pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masayarakat. Karena itu, sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk melakukan proses integrasi maupun disintegrasi sosial di tengah masyarakat (Kartini Kartono, 1992). Selajan dengan itu, kita berasumsi bahwa setiap individu menjadi matang, maka kesiapan untuk belajar kurang ditentukan oleh paksaan akademik dan perkembangan biologisnya, tetapi lebih ditentukan oleh tuntutan-tuntutan tugas perkembangan untuk melakukan peranan sosialnya. Dengan perkataan lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi peranannya apakah sebagai pekerja, orang tua, pimpinan suatu organisasi, dan lain-lain. Kesiapan belajar mereka bukan semata-mata karena paksaan akademik, tetapi karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya.

Asumsi keempat, bahwa anak-anak sudah dikondisikan untuk memiliki orientasi belajar yang berpusat pada mata pelajaran (subject centered orientation) karena belajar bagi anak seolah-olah merupakan keharusan yang dipaksakan dari luar. Sedang orang dewasa berkecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan masalah kehidupan (problem-centered-orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi masalah hidupnya. Kempat asumsi dasar itulah yang dipakai sebagai pembandingan antara konsep pedagogi dan andragogi

Lebih rinci Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan belajar bagi anak-anak dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka. Menurut Knowles, ada empat asumsi utama yang membedakan antara andragogi dan pedagogi, yaitu:

♦ Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa membutuhkan kebebesan yang lebih bersifat pengarahan diri.

♦ Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman

♦ Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan

♦ Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar, orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subjek.

Knowles membedakan orientasi belajar antara anak-anak dengan orang dewasa, dilihat dari segi perspektif waktu yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya perbedaan manfaat yang mereka harapkan dari belajar

Anak-anak berkecenderungan belajar untuk memiliki kemampuan yang kelak dibutuhkan untuk melanjutkan pelajaran ke sekolah lanjutan/ perguruan tinggi, yang memungkinkan mereka memasuki alam kehidupan yang bahagia dan produktifdalam masa kedewasaan.

Orang dewasa cenderung memilih kegiatan belajar yang dapat segera diaplikasikan, baik pengetahuan maupun keterampilan yang dipelajari. Bagi orang dewasa, pendidikan orang dewasa pada hakekatnya adalah proses peningkatan kemampuan untuk menanggulangi masalah kehidupan yang dialami sekarang. (Mappa, 1994: 114)

Selasa, 12 Juni 2012

simulasi paedagogi dan andragogi

Irvine Talenta Hasian Sitompul
Galih Mataro
M Rizki Nugroho

paedagogi :
Galih adalah seorang siswa yang sedang jajan. setelah jajanan nya habis, dia membuang sampah nya sembarangan dan dilihat oleh irvine.lalu irvine menasehatinyadan memberitahu bahaya dari membuang sampah yang sembarangan.

andragogi :
Rizki yang baru lulus dari SMA dipaksa ibunya, Irvine untuk melanjutkan bisnis ayahnya sedangkan rizki inginmelanjutkan kuliah. rizki menjelaskan pada ibunya tujuan sebenarnya ia ingin kuliah dan akhirnya ibunya mengabulkan kemauan rizki.

dari simulasi ini maka didapatkan bahwa perbedaan antara paedagogi dan andragogi adalah dalam paedagogi hanya ada komunikasi yang satu arah dan hanya membimbing tanpa ada diskusi antara galih dan irvine dan biasanya dilakukan terhadap anak-anak sedangkan dalam andragogi terdapat komunikasi dua arah anatara irvine ke rixki dan rizki ke irvine, terjadi pula diskusi serta biasanya dilakukan terhadap orang yang sudah dewasa

Sabtu, 09 Juni 2012

HASIL MINI PROYEK



TUGAS MINI PROYEK PSIKOLOGI PENDIDIKAN 2011/2012
                                      
A.     TOPIK
            Peranan Motivasi dalam Mewujudkan Prestasi
B.     PENDAHULUAN

Dengan melihat banyaknya hal yang mempengaruhi pelajar , kami ingin menelusuri faktor motivasi apakah sebenarnya yang membuat mereka berusaha mencapai prestasi yang bisa diartikan biasa-biasa saja atau memang maksimal pencapaiannya. 

Alasan mengapa kami memilih topik ini adalah karena kami merasa subjek yang akan kami amati sangat dekat dengan kehidupan sebagai sesama pelajar dan mudah untuk diamati. Subjek yang akan kami amati juga mudah ditemukan dan tidak terlalu sulit untuk dipahami.  Dari pengamatan kami ini, kami juga berharap banyak bisa mengetahui motivasi apa yang paling besar mempengaruhi para pelajar terutama SMP saat ini supaya  motivasi yang paling berperan itu hendaknya bisa ditingkatkan demi kepentingan sumber daya manusia yang diinginkan nantinya, bisa menciptakan prestasi yang memang benar-benar diharapkan bisa dicapai dengan diri mereka sendiri.

Motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. merid yang tidak memiliki motivasi tidak akan berusaha keras untuk meraih prestasi. Motivasi adalah suatu hal yang mengarahkan, memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Maksudnya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. 

        Motivasi murid dalam meraih prestasi berkaitan dengan alasan perilaku mereka dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah dan tujuan serta dipertahankan lama. Terdapat empat perspektif yaitu behavioral, humanistik, kognitif, dan sosial.  

 

C.     LANDASAN TEORI
Berdasarkan topik  yang telah kami pilih, berikut ini akan dijelaskan teori yang melandasinya.
DEFENISI
Motivasi bahasa Latin MOVERE : MENGGERAKKAN.  Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia., dan merupakan suatu proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki.
Pengertian menurut beberapa tokoh:
1.      Motivasi : satu penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku
Thomas L.Good dan Jere B. Brophy,1986
2.      Motivasi sebagai bahan dalam, beroperasinya mesin Gasolin
Marx dan Tombobouch
3.      Motivasi: suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberikan arah dan ketahanan  Wlodkowski,1985
4.      Motivasi : tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu  Cropley,1985
Content Theory
Content theory berkaitan dengan beberapa nama seperti Maslow, Mc, Gregor, Herzberg, Atkinson dan McCelland.
1. Teori Hierarki Kebutuhan, menurut Maslow didalam diri setiap manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu:
- faali (fisiologis)
- Keamanan, keselamatan dan perlindungan
- Sosial, kasih sayang, rasa dimiliki
- Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi
- Aktualisasi-diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.

2. Teori X dan Y , teori yang dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negative (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan yang lain positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.

3. Teori Motivasi – Higiene, dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua factor itu dinamakan factor yang membuat orang merasa tidak puas atau factor-faktor motivator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi:
- prestasi (achievement)
- Pengakuan (recognition)
- Tanggung Jawab (responsibility)
- Kemajuan (advancement)
- Pkerjaan itu sendiri ( the work itself)
- Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)

4. Teori kebutuhan McClelland, teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan:
- prestasi (achievement)
- Kekuasaan (power)
- Afiliasi (pertalian)

5. Teori Harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.

6. Teori Keadilan, teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi
7. Reinforcement theory, teori ini tidak menggunakan konsep suatu motive atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan dating dalam proses pembelajaran.
D.    TUJUAN
1.      Ingin mengetahui peranan motivasi yang bagaimana yang mempengaruhi prestasi siswa
E.     ALAT DAN BAHAN
-          Alat tulis
-          Kamera
-          Reward berupa kue dan snack
-          Laptop
-          printer
F.      OBJEK SURVEY
Siswa/i XII AKUNTANSI 1 SMK N 1 MEDAN  Jl. Sindoro No.1
G.    ANALISIS DATA
Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan proyek pendidikan terhadap peranan motivasi bagi siswa/I ini adalah metode survey yakni dengan membagikan kuesioner kepada 42 orang siswa/i.
H.    KALKULASI BIAYA
Transportasi
Rp.18.000
Reward : Snack
                 Kue
Rp. 24.000
Rp. 35.000
Fotocopy Kuesioner
Poster
Total
Rp.   5000
Rp.10.000
Rp.92.000
I.    
   JADWAL PERENCANAAN
KEGIATAN
TANGGAL,BULAN,TAHUN
Pemilihan Topik
25 April 2012
Penyusunan Pendahuluan
1 Mei 2012
Pembuatan Kuesioner
8 Mei 2012
Meminta Izin ke Sekolah
28 Mei 2012
Mengurus Surat Izin dari Kampus
29 Mei 2012
Survey
4 Juni 2012
Menganalisis Data dan Menarik Kesimpulan
6 Juni 2012
Membuat Poster
7 Juni 2012
Evaluasi Kegiatan
8 Juni 2012
Posting di Blog
9 Juni 2012
J.      LAPORAN PELAKSANAAN
            Hari, tanggal     : Senin, 4 Juni 2012
Pukul                : 08.00-11.00 WIB
Lokasi              : SMK N 1 MEDAN
Jumlah murid    : 42 orang
Mata Pelajaran             : Akuntansi
a.      Survey
Pada pelaksanaan mini proyek, kami membagikan angket kepada siswa kelas XII AKUNTANSI-1 pada tanggal 4 Juni sekitar pukul 09.30 di SMK N 1 MEDAN untuk mengetahui peranan motivasi yang bagaimana yang mempengaruhi pencapaian prestasi mereka di sekolah. Dengan keadaan kelas yang sedang istirahat kami berusaha mengumpulkan para siswa yang sedang berada di luar kelas. Kemudian kami menyuruh kelas lebih kondusif dan kami memperkenalkan diri serta memberitahukan maksud dan tujuan kami datang ke kelas mereka. Dengan antusias dan polos mereka menyambut dan menyatakan bersedia untuk bekerjasama dengan kami. Berikutnya dengan melihat kelas begitu bersemangat kami langsung membagikan kuesioner yang berisi 10 pernyataan dan dilengkapi dua pilihan yakni YA dan TIDAK, para siswa dapat menjawab dengan menyilang, melingkari ataupun mencentang jawaban yang sesuai dengan dirinya.  Mereka mengisi kuesioner dengan menunjukkan adanya keseriusan ketika membaca dan bertanya cara yang tepat untuk mengerjakannya.
Pada saat mereka mengisi kuesioner yang telah dibagikan, kami dengan perlahan membagi-bagikan per orang reward berupa snack sebagai ungkapan rasa terima kasih kami atas partisipasi dan semangat mereka. Reward bagi guru atau pegawai sekolah sebelumnya telah kami berikan sebelum memasuki ruangan kelas survey.
Setelah siap mengisi kuesioner, kami meminta kepada para siswa tersebut untuk berfoto bersama, penting adanya beberapa foto sebagai bukti dokumentasi yang akan kami laporkan kepada dosen pengampu nantinya. Setelah selesai mengambil bukti dokumentasi kami mengucapkan terima kasih dan kemudian pulang dari lokasi. 
K.    KESIMPULAN
Setelah melaksanakan survey terhadap sampel sebanyak 42 orang murid SMK N 1 MEDAN yakni survey tentang peranan motivasi yang mempengaruhi usaha mereka dalam mencapai prestasi, maka kami mendapatkan penilaian dan kesimpulan dari isi kuesioner bahwa motivasi yang mempengaruhi siswa dalam mewujudkan prestasi itu dilihat dari dua sumber yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Walaupun mereka memiliki motivasi dari dalam diri (instrinsik) seperti keinginan sukses di masa depan, namun motivasi dari luar (ekstrinsik) seperti rasa kebanggaan atau kesenangan orang lain  atas prestasi mereka  tetap lebih besar mempengaruhi perilaku mereka dalam mewujudkan prestasi. Sebab mereka ingin diakui dan mendapat penghargaan dari orang di sekitar mereka.
L.     EVALUASI KELOMPOK
Walau banyak terhalang waktu dan tempat, banyak perdebatan pendapat dan kelelahan pikiran, kami tetap bisa menjalankan tugas Mini proyek Psikologi pendidikan ini dengan cukup berkesan.
M.  TESTIMONIAL 
1.      Kelompok
Dengan adanya Psikologi Pendidikan terutama dalam pelaksanaan Mini Proyek ini kami semakin terlatih melakukan suatu penelitian yang membuat kemampuan bersosialisasi kami berkembang dan pengetahuan, pengalaman  kami bertambah.
2.      Anggota
Ø      Susi Farida Silalahi  (111301066)
Terlibat dalam Psikologi pendidikan membuat saya semakin mengalami banyak peristiwa yang menambah wawasan termasuk dalam pelaksanaan Mini Proyek ini.  Dengan turun ke lapangan, rasa percaya diri saya bersosisalisasi dengan orang banyak semakin dibentuk dan juga melatih kemandirian dan kemampuan saya berkelompok. Menarik dan menyenangkan bisa menyelesaikan suatu hal yang berguna bagi orang melalui Mini proyek ini. 
Ø      Irvine Talenta Hasian Sitompul (111301088)
Sewaktu SMA saya pernah melakukan penelitian yang hampir sama seperti ini. Tetapi, di dalam mini proyek saya lebih banyak belajar tentang suatu penelitian.  Proyek menambah pengetahuan dan pengalaman saya tentang suatu penelitian. Dan saya tertarik untuk melakukan penelitian berikutnya.  
Ø      Lusia Fitri Ayu Pardede (111301030)
Proyek ini merupakan pengalaman pertama saya dalam hal penelitian. Saya merasa bangga dapat melakukan penelitian seperti ini. Semoga ke depannya semakin lebih baik lagi.
           



 


 






Daftar Pustaka
Santock, JohnW, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
WWW.GOOGLE.COM