Kamis, 19 Juni 2014
Kepribadian Dollard-Miller
A. JOHN DOLLARD (1900-1980)
Lahir di Menasha, Wisconsin, pada tanggal 29 Agustus 1900 John Dollard menerima gelar sarjana di University Wisconsin tahun 1922. Dari tahun 1926 sampaide¬ngan 1929 la menjadi salah seorang pem¬bantu Rektor Universitas Chicago.Kemudian mendapat gelar M.A pada tahun 1930, dan meraih gelar Ph.D di bidang Sosiologi tahun 1931. Dollard menghabiskan banyak waktunya di German sebagai anggota Dewan Peneliti Ilmu Sosial dalam Psikologi Sosial. Selama setahun berada di luar negeri, beliau mendalami psikoanalisis bersama Hanns Sachs pengikut Freud, dan pernah menempuh pendidikan psikoanalisis di Berlin Institute. Setelah kembali ke daerah asalnya, Dollard mendapat posisi sebaga istaf di Yale University kemudian di Institute Human Relations yang baru saja didirikan sebagai lembaga interdisipliner “yang didirikan untuk membawa peneliti terkemuka di bidang antropologi, sosiologi, psikologi, danpsikiatri” ( Miller 1982, p.587). Karya pertama dollar (1937) berjudul Castel and and class in a Souuthern town. menjadi contoh karya awal analisis kebudayaan dan kepribadian. Singkatnya, setelah beliau tiba di Yale, Dollard bertemu Neal Miller, yang sedang menjalani pendidikan untuk mendapatkan gelar Ph.D nya dengan Clark Hull. Mereka pertama kalinya bergabung bersama Leonard Doob, O. Hobart Mowrerdan Robert Sears dan lainnya, karangan ilmiahnya yang terkenal adalah Frustration and Agression (1939), sebagai dasar perumusan untuk terus berkembang, untuk suatu gelar dari studi yang dilakukan Dollard tahun 1937. Dollard dan Miller bekerja sama dalam dua buku yaitu Social Learning Imitation (1941) dan Personality and Psycoteraphy (1950) dan bekerja sama dalam suatu studi dan project lainnya. Karya ini disusul oleh sebuah buku serupa bersama Frank Auld dan Alice White ia menerbitkan Steps in Psychotherapy (1953), sebuah buku yang menyajikan suatu metode psikoterapi yang mencakup pendes¬kripsian yang rinci tentang individu yang sedang dalam pera¬watan, dan juga menerbitkan Scoring human Motives (1959). Sepanjang karir profesionalnya, Dollard tetap memiliki perhatian lebih terhadap ilmu sosial. Kemampuannya dalam menggabungkan berbagaimacam disiplin ilmu ke dalam kehidupannya dan terutama sekali ke dalam pekerjaannya. John Dollard dan Miller kembali bekerja sama dalam penulisan buku Social Learning and Imitation (1941) dan Personality and Psychotherapy (1950) Menurut Miller, John Dollard adalah salah satu psikoterapis yang pertama kali merekam wawancara psikoterapis. Beliau meninggal pada tahun 1980.
B.Neal Elgar Miller ( 1909- )
Neal Miller lahir di Milwaukee, Winconcin, , padatanggal 3 Agustus 1909 dan di besarkan di Bellingham Washington, yang mana ayahnya juga seorang Psikolog, kepala di Department of Education and Psychology of Western Washington State Teachers Collage. Setelah menerima gelar sarjana tahun 1931 di University of Washington, Neal Miller studiuntukgelar M.A (1932) di Stanford University dan untuk Ph.Dnya tahun 1935 di Yale University. Dari tahun 1932 sampai dengan tahun 1935 Miller menjabat sebagai asisten di bidang psikologi di Institute of Human Relations. Kemudian bertemu dan mulai bergabung dengan John Dollard di institute tersebut. Tahun 1935 Miller melakukan perjalanan ke Eropa sebagai Dewan Persatuan Social Science Research. Ketika di Vienna, beliau menjalani pendidikan Psikoanalisis selama 8 bulan dengan Heinz Hartmann di Vienna Institute of Psychoanalysis. Tahun 1936 Miller kembali ke kotanya, dan bergabung di salah satu fakultas di Yale Institute Human Relations, bergabung hingga tahun 1966, kemudian mendapat tawaran untuk mendirikan dan sekaligus sebagai kepalala boratorium Fisiologis Psikologis di Rockefeller University. Saat itu, miller yang seorang pensiunan professor di Rockefeller University, beliau melanjutkan menulis dan memperbaiki tingkat level produktivitas penelitiannya. Miller danistrinya, Marion E. Edwards, tinggal di kota New York danmemiliki 2 orang anak, Sara dan York. Miller jugamenerimaAmerican Psychology Foundation Gold Medal di tahun 1975. Miller menekankan penelitian yang menekankan pada pengobatan biofeedback dan behavioral. Beliau terutama sekali tertarik pada stress dan pembelajaran visceral.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Habit ataupun kebiasaan merupakan satu-satunya elemen yang memiliki karakteristik structural yang ada dalam teori Dollard dan Miller. Habit, merupakan asosiasi atau hubungan antara stimulus dan respon, yang relatif stabil dan berlangsung lama dalam kepribadian. Walaupun kepribadian terbentuk oleh adanya kebiasaan-kebiasaan, namun bentuk dari kebiasaan-kebiasaan itu akan tergantung pada kejadian-kejadian unik yang dialami seseorang tersebut.
Kebiasaan seseorang hari ini bisa berubah sebagai akibat dari pengalaman yang dialami seseorang tersebut pada esok hari. Dollard dan Miller lebih menaruh perhatian memahami proses pembelajaran dan perkembangan kepribadian bukan pada kemahirannya. Mereka mencatat, bahwa segolongan kebiasaan-kebiasaan yang penting bagi manusia dihasilkan oleh stimulus-stimulus verbal atau kata-kata, yang merupakan stimulus yg datang dari seseorang itu sendiri maupun oleh orang lain dan respon-respon yang diberikan juga seringkali bersifat verbal.
Selain habit ataupun kebiasaan Dollard dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drives) sebagai aspek dari kepribadian yang relative stabil , sperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relative stabil. Dorongan-dorongan primer (Primary drives) dan hubungan S-R juga berkontribusi dalam struktur kepribadian. Namun umumnya dorongan primer tidak terlalu signifikan berkontribusi dibandingkan dengan kebiasaan dan dorongan sekunder, dorongan primer juga bukan struktur yang menentukan keunikan inidvidu malah sebaliknya dorongan primer yang menentukan sifat-sifat yang sama-sama dimiliki oleh semua individu ataupun taraf umum seseorang.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Dollard-Miller sangat menaruh perhatian pada motif, atau dorongan, dan tidak tertarik pada penjabaran atau pengklassifikasian motif-motif tertentu. Mereka fokus pada motif-motif yang menonjol, seperti kecemasan, dan menganalisa perkembangan dan perluasannya. Mereka berusaha mengilustrasikan proses umum yang berlaku pada semua motif.
Dollard-Miller menjelaskan bahwa tidak hanya dorongan sekunder yang bisa menggantikan dorongan primer, tetapi reward sekunder juga dapat menggantikan reward primer. Contohnya senyuman seorang ibu dapat menjadi reward sekunder bagi si bayi karena terus menerus diasosiasikan dengan pemberian makan, popok dan sebagainya. Reward sekunder dapat memperkuat tingkah laku dimana kapasitasnya tidak terbatas, kecuali jika reward sekunder terjadi bersamaan dengan penguat primer.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Innate Equipment : Simple Response and Primary Drive
Bayi memiliki sedikit refleks khusus, yang kebanyakan respon khusus untuk stimulus yang spesifik. Contoh: ketika kita memegang pipi bayi, biasanya akan memalingkan kepalanya kearah rangsangan. Respon ini disebut sebagai rooting refleks.
Bayi juga memiliki innate hierarchies of response, atau kecenderungan munculnya beberapa respon terhadap situasi stimulasi tertentu sebelum beberapa respon lainnya muncul. Contoh bayi cenderung menghindar dari stimulus yang tidak menyenangkan sebelum dia menangis.
Bayi juga memiliki seperangkat primary drives, atau stimuli internal yang kuat dan menetap, yang biasanya dihubungkan dengan proses fisiologi. Drives ini contohnya lapar, haus, dan sakit memotivasi organisme untuk bereaksi tetapi tidak untuk menentukan reaksi khusus apa yang akan muncul.
2. A Model for Development : Secondary Drive and The Learning Process
Eksperimen ini mengilustrasikan bagaimana dorongan skunder terhadap rasa takut atau rasa cemas dipelajari. Eksperimen Dollard dan Miller juga memperlihatkan cara kerja empat komponen dasar dari proses belajar seperti: Drive, Cue, Response, dan reinforcement.
3. Clasical Conditiong of a Fear Response
Seperti yang dijelaskan diawal, beberapa jenis belajar telah terjadi. Pertama, lewat classical conditioning, tikus telah belajar untuk takut terhadap buzzer. Inisial neutral buzzer dipasangkan dengan unconditioned stimulus (US) yaitu kejutan, yang biasanya mendatangkan pola kepribadian yang khas yang disebut unconditioned response (UR). Setelah neutral buzzer dihadirkan dengan US dalam beberapa waktu, neutral stimulus mendatangkan respon yang didatangkan oleh US. Neutral stimulus tersebut disebut conditioned response (CR). Tikus pada akhirnya memberikan respon sebagai antisipasi rasa sakit atau takut (CR) walaupun suara buzzer (CS) tidak diikuti dengan electric shock.
Dalam peristilahan Dollard-miller serta Hull, kebiasaan merupakan hubungan antara stimulus (buzzer) dan respon ( Remot) yang telah tersusun tidak dapat terputus lagi. Dalam teori Hull, agar kebiasaan itu tersusun, bukan saja stimulus dan respon saja yang harus dekat satu sama lain dalam ruang dan waktu, tetapi respon harus diiringi dengan reinforcement atau reward. Apabila kondisi seperti ini terjadi, semakin sering stimulus dan respon muncul bersamaan, maka kebiasaan yang muncul akan semakin kuat.
4. Learning and Extinction of Instrumental Behavior
Ada empat unsur konseptual yang penting dalam hal belajar, yang dikemukakan oleh Dollard dan Miller, yaitu:
Drive. Drive adalah stimulus yang kuat yang mendorong tindakan tetapi tidak menentukan sifat tindakan itu. Kekuatan dari drive tergantung pada intensitas rangsangan yang ada. Semakin kuat drive, perilaku yang lebih kuat akan terus dihasilkan. Secondary drive (dipelajari), merupakan drive yang diperoleh dari primary drive (utama). Kekuatan secondary drive tergantung pada intensitas dari drive primer yang di dasarkan dari perolehan sejumlah reinforcement.
Cue.Cue merupakan stimulus yang bergantung kapada respon yang muncul secara alami.
Response. Response merupakan suatu perilaku sederhana didalam hubungan manusia. Menurut Dollard- Miller, sebelum respon dihubungkan dengan stimulus, maka respon itu harus muncul terlebih dahulu.
Reinforcement. Agar proses belajar berlangsung, Dollard dan Miller mengatakan reinforcement (hadiah) harus terjadi, dan merupakan defenisi yang paling baik sebagai pengurangan drive. Eksperimen secara khusus membuktikan bahwa peristiwa yang mengikuti respon adalah sangat penting terhadap hubungan stimulus dan rangsangan.
Extinction. Merupakan hilangnya respon ketika respon tersebut tidak diberi penguat (reinforce). Fungsi dari extinction adalah untuk menghilangkan respon yang gagal sehingga respon yang lain dapat dimunculkan.
Generalization. Stimulus generalization, adalah proses dimana respon yang datang diperkuat harus dibuat untuk rangsangan selain stimulus untuk respon yang awalnya dibuat.
5. Higher Mental Processes
Menurut Miller, interaksi individu dengan lingkungannya ada dua variasi,yang pertama ialah interaksi yang mengalami efek langsung pada lingkungan dan dituntun oleh isyarat yang terdapat dalam suatu situasi. Contohnya kita akan otomatis menginjak rem ketika melihat seorang anak tiba-tiba berjalan ketengah jalan. Tipe yang kedua mencakup cue-producing responses yang biasanya akan memberi petunjuk pada respon lainnya. Sebagai contoh ketika kita melihat sebuah toko, mengingat sesuatu yang kita butuhkan, berpikir apakah kita memiliki cukup uang, pergi ke toko tersebut.
Konteks Sosial
Kemampuan untuk menggunakan bahasa dan respon-isyarat yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh konteks sosial di mana orang tersebut berkembang. Banyak dari interaksi anak dengan lingkungannya berkaitan dengan bagaimana cara untuk menghasilkan petunjuk verbal, atau simbol verbal komunikasi, serta dengan cara memahami isyarat tersebut ketika mereka diproduksi oleh orang lain. Bahasa adalah produk sosial, dan jika proses bahasa adalah penting, lingkungan sosial juga harus signifikansi dalam pengembangan kepribadian.
Miller dan Dollard (1941) menekankan saling ketergantungan dari pola perilaku dan sosial budaya. Mereka menunjukkan bahwa tidak hanya psikolog memberikan prinsip-prinsip pembelajaran yang membantu ilmuwan sosial untuk menjelaskan secara sistematis untuk acara-acara budaya yang penting, tetapi ilmuwan sosial membantu teori belajar sesuai prinsip-prinsip ini dengan pengalaman manusia yang sebenarnya yang merupakan kondisi belajar. Kedua prinsip dan kondisi sangat penting untuk pemahaman pembangunan manusia.
Miller dan Dollard menyiratkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran berlaku di seluruh budaya. Pada saat yang sama, mereka jelas percaya bahwa perilaku seseorang yang tepat sangat dipengaruhi oleh masyarakat atau anggotanya.
Situasi Kritis Pelatihan (Critical Training Situation)
Seperti teori psikoanalitik, Dollard dan Miller menganggap setengah tahun pertama kehidupan penting dalam menentukan perilaku orang dewasa. Sangat penting bagi mereka adalah ketidakberdayaan ekstrim dari bayi. Anak yang lebih tua dan dewasa merancang cara untuk keluar dari situasi sangat frustasi. Bayi, bagaimanapun, memiliki kemampuan yang sangat sedikit untuk memanipulasi lingkungan dan dengan demikian belas kasihan menggerakkan rangsangan mendorong dan frustasi luar biasa. Bayi belum belajar untuk berharap dan untuk menghibur dirinya sendiri, tetapi belum belajar untuk berpikir dan merencanakan dan dengan demikian untuk menghindari kesulitan saat itu dengan membangun masa depan. "Sebaliknya, anak mendesak, putus asa, hidup dengan saat-saat sakit dan kemudian tiba-tiba menemukan dirinya bermandikan kebahagiaan tak berujung. Ini adalah situasi penuh gejolak di mana konflik mental yang parah sadar dapat dibuat”.
Menurut Dollard dan Miller, penyesuaian bayi terhadap stimulus rasa lapar akan menjadi model terhadap penyesuaian orang dewasa mereduksi dorongan yang lain nantinya. Apabila anak menangis saat lapar, lalu ia diberi makan, maka dalam hal ini anak tahu bahwa ia mulai memanipulasi lingkungannya secara aktif. Dan sebaliknya bila si anak dibiarkan menangis ia akan bereaksi pasif terhadap stimulus yang kuat. Selanjutnya, jika stimulus-stimulus rasa lapar dibiarkan terus meningkat tanpa ada batas , maka mungkin anak akan mengasosiasikan stimulus-stimulus rasa lapar ringan dengan stimulus-stimulus kuat dan sangat menyakitkan begitu banyak kesempatan yang kemudian dialaminya dan dengan cara demikian ia bisa menjadi bereaksi secara berlebihan terhadap stimulus-stimulus dorongan yang ringan.
Dollard dan Miller percaya bahwa situasi pemberian makan sangat mempengaruhi hubungan interpersonal dimasa yang akan datang. Jika pada pengalaman hubungan yang pertama ditandai dengan direduksikannya dorongan, maka anak akan mengasosiasikan keadaan yang menyenangkan ini dengan kehadiran ibunya (atau ayah atau orang lain yang memberi perhatian). Dan dengan generalisasi, keadaan menyenangkan ini juga dikaitkan dengan orang lain, sehingga kehadiran mereka menjadi tujuan atau hadiah sekunder. Tetapi jika pemberian makan ditandai dengan rasa marah dan sakit, maka anak mungkin belajar untuk menghindari interaksi sosial.
Harry Harlow yang terkenal dengan penelitian mengenai anak kera pada akhir 50-an menganalisis pendapat Dollard dan Miller. Harlow berpendapat bahwa dalam perkembangan hubungan ibu-anak, kontak badaniah lebih penting daripada pemberian makanan. Namun Dollard dan Miller agaknya telah melebih-lebihkan pentingnya reduksi rasa lapar dan haus dan menganggap remeh peranan ayunan, belaian, dan gendongan ibu terhadap bayinya saat memberi makan.
Proses Ketidaksadaran (Unconscious Processes)
Teori Dollard dan Miller sangat konsisten dengan rumusan psikoanalitik dalam hal mengakui pentingnya faktor-faktor ketidaksadaran, namun ada perbedaan dengan teori yang dicetuskan Freud dalam hal perhitungan faktor-faktornya. Dollard dan Miller membagi ketidaksadaran menjadi apa yang tidak pernah disadari dengan apa yang pernah disadari namun tidak bertahan lama. Kategori pertama meliputi rangsangan (stimuli), perangsang/dorongan (drives), dan respon yang mana sudah dipelajari sejak bayi sebelum mereka mampu berbicara. Dalam kategori ini, termasuk juga apa yang orang dapat pelajari secara nonverbal seperti kemampuan motorik. Kategori kedua terdiri dari isyarat – isyarat dan respon yang pada awalnya sadar, namun lewat represi, hal tersebut hilang dari kesadaran.
Kita belajar untuk merepresi atau menghindari beberapa dugaan, sebagaimana kita mempelajari respon lainnya. ‘Tidak berpikir” mengenai suatu hal yang menakutkan dapat membantu kita untuk mengurangi ketakutan, represi ini menjadi bagian standar dari kepura-puraan kita. Pada mulanya, kita memikirkan hal yang menakutkan, mengalami ketakutan, menyerah pada pikiran kita, dengan demikian menghilangkan rasa takut dan juga memperkuat represi. Pada akhirnya, respon dari “tidak berpikir” menjadi antisipatori. Represi juga dapat mencegah hilangnya pikiran yang membangkitkan rasa takut, karena mencegah rasa takut itu datang kembali. Jika respon yang dipelajari tidak muncul, dan tidak ada tindakan yang memperkuat yang terjadi, maka respon tersebut tidak dapat dimusnahkan.
Kecenderungan untuk melakukan represi sudah terjadi di masa anak – anak. Anak – anak sering dihukum jika melakukan sesuatu yang dilarang oleh orangtuanya. Anak-anak ini biasanya dihukum karena orang tua takut mereka akan menjadi pemberontak. Pengalaman tersebut dapat membuat seorang anak menarik kesimpulan dari perbuatan yang dilakukannya dan diberi hukuman oleh orangtuanya menjadi sebuah ingatan terhadap perbuatan tersebut dan selanjutnya merepresi pikiran tersebut. Namun, seorang anak juga belajar bahwa boleh saja berpikir tentang hal-hal tertentu meskipun hal tersebut tidak benar jika dilakukan.
A Model of Conflict
Menurut Dollard dan Miller, konflik menyebabkan seseorang mencegah memberikan respon, biasanya respon ini akan mengurangi Drives yang tinggi.
Dollard dan Miller membuat lima asumsi dasar tentang perilaku konflik. Yang pertama, kecendrungan seseorang untuk mendekati tujuan yang bersifat positif disebut Gradient of approach. Kedua, kecenderungan untuk menghindari stimulus negatif disebut Gradient of avoidance. Ketiga, Gradient of reinforcement yaitu dampak langsung yang kita terima terhadap sebuah reward atau punishment yang diberikan secara tiba-tiba lebih terasa daripada reward atau punishment yang diberikan secara berkala. Keempat, Stimulus generalization yaitu semakin mirip stimulus yang diterima maka akan semakin mirip pula respon yang akan ditampakkan.
Approach-Avoidance Conflict
Bill adalah seorang manager yang tertarik kepada seorang wanita teman sekantornya. Wanita ini bernama Susan. Susan adalah sosok yang menarik dan sempurna sehingga pada awalnya kecendrungan Bill untuk mendekati atau malahan menghindari Susan sama. Selanjutnya Bill memberanikan diri untuk mengajak Susan kencan namun ketika dia mendatangi Susan di ruangan nya dia melihat wanita itu sedang rapat dengan koleganya dengan bersemangat dan rasa takut Bill pun mucul dan dia memutuskan untuk pergi. Hingga sesuatu terjadi dan dapat membuat salah satu kecendrungan Bill berkurang atau bertambah besar. Ruangan Susan dipindahkan kesebelah ruangan Bill dan karena mereka mulai berinteraksi dan menunjukkan ketertarikan maka level kecenderungan untuk mendekat pada diri Bill meningkat. Rasa takut dan hasratnya nya berada pada posisi seimbang.
Suatu hari mereka berdua ditempatkan pada proyek yang sama dan Bill berpikir bahwa susan adalah partner yang baik dan terkadang meminta pendapatnya tentang suatu masalah. Hal ini membuat kecendrungan untuk menghindar pada diri Bill berkurang dan kecenderungan untuk mendekat meningkat.
Avoidance-Avoidance Conflict
Jessie sebenarnya takut memanjat namun dia juga tidak suka apabila dipanggil pecundang, maka ia mulai dengan mencoba memanjat pohon. Karena Jessie ketakutan maka dia terpeleset dan ditertawakan oleh temannya dan dipanggil “ayam”. Hal ini membuat perasaan Jessie untuk menghindari ejekan sebagai pecundang semakin besar. Jika saja Jessi mencoba untuk memanjat kembali dan dia terjatuh kembali maka mau tidak mau Jessi harus menerima ejekan sebagai penyundang.
Approach-Approach Conflict
Dollard dan Miller berpendapat bahwa kompetisi diantara dua respon approach atau pendekatan tidak benar-benar sebuah dilema. Hanya perlu menyeimbangkan kedua tujuan akhir agar dapat mengarahkan diri kita ke salah satu tujuan akhir tersebut.
Misalnya, seorang pria bernama charlie pergi ke sebuah taman hiburan dengan uang pas-pasan dan ia ingin naik rolercoster . namun saat mengantri tiket , tiba-tiba ia tertarik ingin mencoba naik parasut. Charlie bisa saja meminta uang tambahan kepada orang tuanya namun sebelum ia melakukan itu dia akan menentukan pilihan terlebih dahulu. Ingin berteriak senang dengan menaiki rolercoster atau parasut. Tetapi karena teriakan seru yang dibayangkan dengan menaiki rolercoster maka ini akan membuat Charlie berjalan selangkah lebih maju kesalahsatu tujuan akhir yaitu rolercoster.
Neurotic Personality Development
Ketertarikan Dollard dan Miller pada psikoanalisa membuat mereka memberikan perhatian khusus pada perkembangan neurosis dan metode psikoterapi. Sama halnya seperti teorist lainnya mereka juga berpendapat bahwa perilaku neurotik itu ada pada setiap orang dan berkelanjutan bukan sesuatu yang dibeda-bedakan.
How Neuroses are Learned
Sumber dari setiap neurosis adalah konflik alam bawah sadar yang kuat dan hampir selalu berasal dari masa kanak-kanak. Anak-anak ini mengembangkan rasa cemas yang berlebihan dan perasaan bersalah sebagai ekspresi basic needs atau kebutuhan dasar yang nantinya akan berlanjut hingga dewasa.
Psikoterapi
Beberapa perbedaan terminologis ,Dollard dan Miller mengusulkan kondisi terapi konvensional dan prosedur : seorang terapis simpatik dan permisif mendorong pasien untuk asosiasi bebas dan mengeksperesikan perasaan. Terapis kemudian mencoba untuk membantu pasien memahami perasaannya dan bagaimana mereka mengembangkan .
Dollard dan miller menyarankan, kecemasan dan rasa bersalah belum padam karena orang tersebut telah mengembangkan teknik untuk menghindari segala sesuatu yang membangkitkan emosi-emosi tersebut. Sehingga terapis mencoba untuk mengatur kondisi yang akan menyebabkan kepunahan emosi merepotkan. Orang didorong untuk mengungkapkan pikiran ,emosi dilarang , mengalami rasa takut dan membangkitkan rasa bersalah mereka. Dalam situasi terapi, konsekuensi dikhawatirkan tidak terjadi. Sehingga rasa takut berkurang dan represi tidak perlu dilakukan. tanpa penguat, takut secara bertahap memadamkan.
Penelitian Karakteristik (Characteristic Research)
Miller,Dollard dan mahasiswa mereka telah melakukan sejumlah besar penelitian empiris, kita akan memeriksa dua jenis penyelidikan. yang pertama mengeksplorasi konsep psikoanalisis perpindahan, menghubungkannya dengan fenomena generalisasi stimulus. Yang kedua mewakili fokus saat Miller perhatian, mengeksplorasi basis fisiologis pembelajaran.
Studies of Displacement
Pemindahan adalah pengalihan impuls yang satu dicegah baik oleh peristiwa eksternal atau oleh diri – ditetapkan struktur - dari mengekspresikan diri. Pemindahan dapat beroperasi sebagai pembelaan : seseorang mungkin takut untuk mengekspresikan kemarahan ,meredam , atau menekan emosi dan mengekspresikan dalam situasi berbeda.
Dalam apa yang dianggap sebagai bentuk adaptif dari perpindahan-kadang disebut sublimasi-energi yang tidak dapat diperluas dalam bentuk aslinya mereka kembali disalurkan. Seorang pria yang tanpa hubungan seksual atau yang memilih untuk melupakan seseorang dapat menggantikan energi seksual ke dalam drive untuk pencapaian kreatif, berkonsentrasi pada lukisannya atau membangun bisnis elektroniknya. Di sini energi untuk satu drive mengungsi ke drive lain, dalam tipe pertama pemindahan, energi dari drive yang sama diarahkan ke objek yang berbeda.
Para peneliti menemukan bahwa anak laki-laki menyatakan sikap secara signifikan lebih negatif terhadap minoritas setelah mereka mengetahui tentang cara mereka telah kehilangan daripada yang mereka lakukan sebelumnya. Dalam hal psikoanalitik, para peneliti menafsirkan ini kenaikan jelas dalam permusuhan terhadap kelompok minoritas sebagai perpindahan dari kemarahan anak laki-laki pada peneliti untuk menjaga mereka dari acara tersebut. Dalam hal SR, anak-anak itu generalisasi respon dari satu objek stimulus (orang asing-para peneliti yang frustrasi mereka) yang lain, stimulus yang sama (orang asing-anggota kelompok minoritas).
Autonomic Nervous System Learning (Pembelajaran Sistem Saraf Otonom)
Anda akan ingat bahwa Dollard dan miller melihat mrs. A gejala neurotik tanggapan dipelajari, atau kebiasaan, bahwa melalui psikoterapi, bisa "terpelajar". ada gejala lain, umum dalam perilaku neurotik, yang somatik di alam, misalnya, detak jantung yang cepat. Untuk beberapa waktu, miller dan Dollard menerima pandangan lama terjadinya tanda psychophysiological, atau psikosomatik.
Temuan dan lain-lain mengangkat sejumlah kemungkinan menarik. Pertama, miller (1969) menyarankan, mungkin bahwa kita belajar symtomps psychophysiological seperti kita belajar jenis lain symtomps. Dan jika memang demikian, teknik condititoning mungkin instrumental dapat digunakan untuk mengurangi intensitas symtomps seperti tekanan darah tinggi, apakah symtomps seperti itu disebabkan oleh faktor psikologis atau fisiologis.
Penelitian tentang biofeedback oleh peneliti lain telah menunjukkan bahwa beberapa orang sebenarnya bisa belajar untuk mengendalikan hati mereka dan proses otonom lainnya. Namun, penelitian tersebut belum menunjukkan secara definitif bahwa prosedur dapat digunakan berhasil dengan semua orang.
EVALUATION
Sejak tahun 1940-an, beberapa generasi psikolog telah melakukan banyak penelitian empiris menerapkan prinsip S-R (stimulus and response) belajar perilaku manusia. Ini judul teori kepribadian didukung oleh penganut kelompok yang sangat kuat yang aktif peduli dengan memperluas dan memodifikasi konsep-konsep yang telah kita bahas.
Teori Miller dan Dollard dan penelitian, khususnya, memiliki sejumlah keuntungan. Pertama, konsep utama jelas diuraikan dan lazim dikaitkan dengan kelas tertentu peristiwa empiris. Kedua, jarang menarik bagi formulasi vegue seperti intuisi, melainkan dibutuhkan cukup keras kepala, pendekatan positivis. Ketiga, meskipun pendekatan ini, S-R pembelajaran theoritists siap untuk merangkul berbagai fenomena empiris, mereka menunjukkan tidak ragu-ragu tentang maju pada fenomena perilaku yang sangat kompleks dengan alat konseptual mereka. Keempat, miller dan posisi Dollard secara khusus dan hati-hati merupakan proses belajar, pertimbangan penting bagi setiap teori kepribadian, Teori Miller dan Dollard dan penelitian, khususnya, memiliki sejumlah kebajikan. Pertama, konsep utama jelas diuraikan dan lazim dikaitkan dengan kelas tertentu peristiwa empiris. Kedua, jarang menarik bagi formulasi vegue seperti intuisi, melainkan dibutuhkan cukup keras kepala, pendekatan positivis. Ketiga, meskipun pendekatan ini, SR pembelajaran theoritists siap untuk merangkul berbagai fenomena empiris, mereka menunjukkan tidak ragu-ragu tentang maju pada fenomena perilaku yang sangat kompleks dengan alat konseptual mereka. Keempat, miller dan posisi Dollard secara khusus dan hati-hati merupakan proses belajar, pertimbangan penting bagi setiap teori kepribadian.
Teori S-R telah menjadi target utama bagi banyak psikolog yang yakin bahwa pemahaman yang memadai tentang perilaku manusia harus melibatkan lebih dari aplikasi budak dari metode eksperimental ilmu fisika. Investigatigators tersebut merasa bahwa meskipun posisi mereka sendiri mungkin tidak cukup beristirahat pada pengamatan terkontrol, mereka pengamatan setidaknya relevan dengan masalah yang mereka mengusulkan untuk belajar. Dalam nada yang terkait, para penentang teori SR mengatakan bahwa kecukupan resmi relatif teori SR adalah ilusi karena terletak pada penerapan prinsip-prinsip dalam lingkup yang sangat terbatas - baik untuk perilaku hewan atau domain sangat terbatas dari perilaku manusia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar