Kamis, 19 Juni 2014

Perkembangan sosialemosional pada dewasa akhir (lansia)

1. THEORIES OF SOCIOEMOTIONAL DEVELOPMENT Masa tua atau dewasa akhir sering dikaitkan dengan berbagai penurunan seperti kondisi fisik dan aktivitas sosial. Beberapa lansia (lanjut usia) tetap aktif dalam kegiatan fisik maupun sosial, namun beberapa lansia lain justru terlihat seperti kehilangan semua aktivitas sosialnya dan lebih sering berdiam diri memikirkan kehidupannya. Jika dikaitkan dengan teori, ada 4 teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan perkembangan sosial-emosional masa dewasa akhir yaitu teori Erikson, teori aktivitas, teori selektivitas sosial-emosional, dan teori optimalisasi selektif dengan kompensasi. a. Erikson’s Theory Erikson mengemukakan 8 tahapan perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia. Tahapan yang menjelaskan mengenai perkembangan kehidupan usia lanjut adalah tahapan akhir yaitu integritas versus rasa putus asa (integrity vs despair). Dalam tahapan ini, manusia biasanya mulai merefleksikan sepanjang kehidupannya mulai dari bagian positif hingga bagian yang menurutnya kurang bermanfaat. Lansia yang mendapatkan gambaran mengenai kehidupannya masa lalu dengan banyak hal positif, akan mencapai kepuasaan (integritas). Sedangkan lansia yang melalui satu atau beberapa konflik negatif pada tahapan-tahapan sebelumnya akan melihat kehidupannya lebih ke arah negatif (keputusasaan). Refleksi kehidupan biasanya dilakukan dengan melihat pengalaman di masa lalu, mengevaluasi pengalaman tersebut, menginterpretasi, dan terkadang menginterpretasi kembali di kehiduapan saat itu. Meninjau kembali kehidupan biasanya digerakkan oleh penantian akan kematian. Lansia yang memiliki kepuasaan biasanya meninjau kembali kehidupannya dengan penuh semangat, sedangkan yang kurang memiliki kepuasaan biasanya meninjau kembali kehidupannya dengan diam-diam seperti menyendiri dan merenung. Refleksi kehidupannya juga dipengaruhi oleh dimensi kebudayaan sosial seperti budaya, etnis, jenis kelamin, dan hubungan interpersonal seperti kedekatan dengan keluarga atau teman. Salah satu aspek dalam merefleksikan kehidupan adalah penyesalan sebagai proses untuk menunjuk kematangan pikiran dan pemahaman tentang diri. Penelitian terbaru menunjukkan terdapat empat (4) garis besar penyesalan yaitu, kesalahan dalam pengambilan keputusan yang salah, masa-masa sulit, hubungann sosial, dan kehilangan kesempatan mendapat pendidikan. b. Activity Theory Teori ini mengatakan bahwa semakin aktif dan semakin banyak kegiatan pada masa lansia, menunjukkan semakin puas mereka terhadap kehidupannya. Para peneliti menemukan bahwa ketika lansia aktif, lincah, dan produktif, mereka akan lebih sukses dan bahagia daripada ketika mereka tidak bersosialisasi. Teori ini juga mengatakan bahwa setiap individu dapat meningkatkan kepuasaan mereka terhadap kehidupan jika mereka tetap melanjutkan tugas atau kegiatan yang mereka lakukan selama masa muda hingga lansia. Jika kegiatan ini terhenti, misalnya pensiun dini, sebaiknya mereka mencari rutinitas lain yang membuat mereka tetap aktif. c. Socioemotional Selectivity Theory Teori selektivitas sosial-emosiaonal mengatakan bahwa orang yang berada pada masa dewasa akhir akan semakin selektif dalam menjalin hubungan sosial mereka karena lansia meletakkan nila yang tinggi pada kepuasaan emosional mereka. Oleh karena itu, kebanyakan lansia lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang-orang yang mereka kenal yang memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan mereka. Dengan semakin selektif membatasi interaksi sosial, akan meningkatkan pengalaman emosi positif dan meminimalkan risiko-risiko emosional sebagai individu yang sudah semakin tua. Teori ini membantah pernyataan yang mengatakan bahwa rasa putus asa disebabkan karena adanya isolasi terhadap lansia. Sebaliknya, teori ini mengatakan bahwa mengurangi hubungan sosial mereka secara sistematis sehingga beberapa orang yang tetap dekat dengan mereka dapat memberikan kepuasaan terhadap kebutuhan emosi mereka. Teori ini juga berfokus pada tipe tujuan yang memotivasi individu dalam pencapaiannya yaitu pengetahuan dan emosional. Selama masa muda, motivasi untuk mendapatkan pengatahuan sangat tinggi lalu kemudian menurun ketika masa tua. Sebaliknya, ketika masa muda, motvasi untuk mencapai kepuasaan emosional sangat rendah sedangkan di masa tua sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena waktu yang dimiliki (awal-akhir). Ketika muda, individu sangat termotivasi untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya walaupun sangat mengurangi kepuasaan emosional. Sedangkan ketika masa tua, individu hanya memiliki sedikit waktu sehingga mereka termotivasi untuk menghabiskan waktu meningkatkan kepuasaan emosional. d. Selective Optimization with Compensation Theory Menurut teori optimalisasi selektif drngan kompensasi, ada tiga elemen kompensasi terhadap penurunan tubuh, yaitu: 1. Seleksi adalah konsep dasar bahwa dewasa tua akan mengurangi kapasitas dan keberfungsian atau pekerjaan. Optimalisasi berarti ada kemungkingan untuk meningkatkan performa dalam beberapa bidang dengan tetap latihan fisik dan memanfaatkan teknologi baru. 2. Kompensasi mengatakan akan menjadi relevan jika tugas-tugas dalam kehidupan mengharuskan kapasitas level yang melebihi level dari potensi performa lansia. Teori ini pertama dikemukakan oleh Paul Baltes dan rekan-rekannya. Proses optimalisasi selektif dengan kompensasi akan menjadi efektif ketika seseorang sedang mengejar kesuksesan dari lingkungan. Dengan menggunakan ketiga elemen tersebut, seseorang dapat melanjutkan hidupnya dengan penuh kepuasaan walaupun dengan banyak batasan sikap. Ketiga elemen ini berbeda pada setiap individu tergantung dari pengalaman hidupnya, ketertarikan, kesehatan, kemampuan, dan sumber daya. Menurut Baltes, seleksi dan prioritas dalam hidup merupakan aspek penting perkembangan. Bagi kebanyakan individu, kepuasaan hidup bukan hanya sebatas pencapaian tujuan belaka tetapi lebih kepada pencapaian tujuan yang penuh arti. 2. PERSONALITY, THE SELF, AND SOCIETY a. Personality Penelitian menunjukan bahwa beberapa dari faktor kepribadian Big Five berlanjut berubah pada dewasa akhir ( lanjut usia), misalnya conscientiousness berubah pada dewasa akhir, dan orangtua yang lebih dewasa lebih conscientious dan agreeable dibanding dewasa awal dan dewasa madya. Sebuah studi longitudinal pada lebih dari 1.200 individu selama tujuh dekade menunjukan faktor conscientiousness dipredikasikan sebagai resiko angka kematian lebih tinggi pada lanjut usia. Selain itu dua dari faktor the Big Five yang berhubungan dengan kematian lansia yaitu conscientiousness rendah dan neuroticism tinggi dapat diprediksikan mempercepat kematian. Pengaruh dan pandangan kehidupan juga berhubungan dengan kematian orangtua dewasa. Orangtua dewasa dicirikan dengan pengaruh yang negatif tidak hidup selama orang yang memperlihatkan pengaruh positif dan orangtua dewasa yang optimis yang mempunyai pandangan positif dalam kehidupan hidup lebih lama daripada teman sebaya mereka yang pesimis dan mempunyai pandangan negatif dalam kehidupan. b. The Self and Society Self-Esteem. Peneliti menunjukan bahwa pada lansia menjadi janda, ditempatkan di panti jompo, keadaan fisik yang memburuk, atau komitmen agama yang rendah, dapat menjadi alasan rendahnya self-esteem pada lansia. Kestabilan self-esteem meningkat pada remaja akhir dan dewasa awal. Oleh remaja akhir, individu merupakan pengalaman berubahnya fisik dan pertahanan kontrol diri yang lebih baik yang dikontribusikan dengan meningkatnya kestabilan self-esteem. Kestabilan self-esteem pada lansia menurun dengan berubahnya kehidupan yang drastis dan pergantian keadaan sosial, misalnya kematian orang yang dicintai dan kesehatan yang memburuk. Possible Selves. Possible selves merupakan menjadi seperti apa mereka, menjadi seperti apa yang mereka inginkan, dan apa yang mereka takutkan. Self-Acceptance. Self-acceptance lansia ditentukan pada apakah mereka menjelaskan masa lalu, masa sekarang, masa depan, atau ideal self mereka. Self-Control. Meskipun orangtua dewasa menyadari pertambahan usia, kebanyakan tetap mempertahankan kontrol diri. Pengaruh negatif dari masalah usia, seperti memburuknya kondisi fisik dan kemampuan kognitif dan meningkatnya penyakit, dapat ditahan dengan kefleksibelan dan pengaturan kontrol diri. c. Older Adults in Society Stereotyping Older Adults. Partisipasi sosial lansia selalu dipatahkan oleh ageism, yaitu melawan prasangka orang lain karena umur mereka terutama melawan prasangka lansia. Mereka selalu menerima sebagai orang yang tidak mampu dalam berpikir, mempelajari hal baru, melakukan seks, berkontribusi pada masyarakat, atau bertanggung jawab dalam pekerjaan. Kebanyakan lansia menunjukan diskriminasi yang menyakitkan dan terlalu takut untuk menyerang hal tersebut. Karena umur mereka, dewasa akhir tidak menggaji pekerja baru, menghindari untuk bersosialisasi, atau menghilang dari kehidupan keluarganya. Konsekuensi pribadi dari stereotipe yang negatif mengenai umur dapat menjadi sebuah masalah yang serius dan ageism dapat meluas. Policy Issues in an Aging Society. Masyarakat yang berumur tua dan status orangtua dalam masyarakat menimbulkan masalah kebijakan tentang kesejahteraan lansia. 1. Status of the Economy. Masalah penting yang menyangkut ekonomi dan umur merupakan keprihatinan bahwa ekonomi tidak dapat memikul beban orangtua yang karena alasan umur mereka biasanya merupakan pengguna daripada pencipta. 2. Health Care. Masyarakat yang umurnya tua juga memberi berbagai masalah meliputi perawatan kesehatan. Meningkatnya biaya kesehatan menjadi penyebab kekhawatiran yang serius. Salah satu faktor yang berkontribusi melonjaknya biaya kesehatan adalah meningkatnya jumlah lansia. Lansia mempunyai penyakit yang lebih banyak dibanding dewasa muda walaupun faktanya banyak lansia yang mengatakan kesehatan mereka baik. 3. Eldercare. Eldercare merupakan orang yang merawat fisik dan emosional anggota keluarga yang lebih tua apakah merawat membantu fisik sehari-hari atau bertanggung jawab mengatur dan mengawasi. 4. Generational Inequity. Merupakan sebuah pandangan dimana masyarakat yang mengalami penuaan menjadi tidak adil terhadap anggota yang lebih muda karena menimbun keuntungan dengan menerima alokasi sumber daya yang besar yang tidak merata. Income. Perhatian khusus lainnya pada dewasa akhir yaitu lansia yang miskin. Di Amerika Serikat, kesehatan yang buruk yang dialami lansia dihubungkan dengan kualitas kehidupan berhubungan dengan pendapatan $15.000 atau kurang dari $15.000. Living Arrangements. Hampir 95 persen lansia tinggal di dalam masyarakat. Dua per tiga dari mereka tinggal dengan anggota keluarga dan sepertiga dari mereka tinggal sendiri. Lansia yang tinggal sendiri merasa kesepian dibanding teman sebaya yang tinggal dengan anggota keluarga. Bagaimana pun, sebagai dewasa muda, tinggal sendiri seperti lansia bukan berarti kesepian. Lansia yang tinggal sendiri biasanya memiliki kesehatan yang baik dan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan, dan bersosialisasi dengan kerabat, teman, dan tetangga. Techonology. Lansia menghabiskan waktunya menggunakan internet, mengunjungi website, dan mengeluarkan banyak uang untuk internet dibanding teman sebaya yang lebih muda. Mereka lebih tertarik menggunakan e-mail dan mencari informasi mengenai kesehatan. Meningkatnya jumlah lansia yang menggunakan e-mail supaya dapat berkomunikasi dengan kerabatnya. 3. FAMILIES AND SOCIAL RELATIONSHIPS a. Lifestyle Diversity Gaya hidup pada lansia mengalami perubahan. Dulunya, di tahun-tahun yang akan datang yang mungkin terjadi meliputi pernikahan bagi pria lansia dan menjadi janda bagi wanita lansia. Dengan adanya perubahan demografi pada pernikahan yang mengalami kegagalan yang ditandai dengan perceraian, sepertiga lansia saat ini dapat menikah, bercerai, dan menikah kembali selama kehidupan mereka. Married Older Adults. Individu yang menikah atau menjadi pasangan pada usia lansia biasanya lebih bahagia dan hidup lebih lama dibanding mereka yang hidup sendiri. Sebuah studi menunjukan bahwa lansia lebih puas dengan pernikahan mereka daripada saat mereka dewasa muda dan dewasa madya. Sebenarnya, kebanyakan lansia melakukan evaluasi terhadap pernikahan mereka bahagia atau sangat bahagia. Kepuasan dalam pernikahan biasanya lebih dirasakan oleh wanita daripada pria mungkin karena wanita lebih menekankan dalam pencapaian kepuasaan melalui pernikahan dibandingkan dengan pria. Divorced and Remarried Older Adults. Perceraian dapat merusak hubungan kekerabatan jika itu terjadi dikemudian hari terutama pada kasus pria dewasa. Wanita lansia yang bercerai cenderung memiliki sumber finansial yang memadai dibanding wanita lansia yang menikah, dan seperti sebelumnya di masa dewasa, bercerai dihubungkan dengan masalah kesehatan pada lansia. Bagi lansia yang menikah kembali, menurut penelitan, lansia menerima tekanan sosial yang negatif karena keputusan mereka untuk menikah kembali. Sangsi negatif ini ditunjukan dengan mengangkat alis untuk menolak oleh anak-anak dewasa. Bagaimanapun, kebanyakan dari anak-anak dewasa mendukung keputusan orangtua mereka untuk menikah kembali. Peneliti menunjukan bahwa orangtua yang menikah kembali dan orangtua tiri memberikan perhatian yang kurang kepada anak-anak tiri mereka dibanding orangtua pada pernikahan pertama. Cohabiting Older Adults. Pada tahun 1960, banyak Lansia yang hidup bersama. Untuk itu diharapkan bahwa jumlah dari lansia yang hidup bersama akan bertambah sehingga mengakibatkan melonjaknya jumlah bayi dan semakin membawa ke sejarah mereka menjadi nilai yang tidak tradisional mengenai cinta, seks dan hubungan dewasa akhir. Pada banyak kasus, kumpul kebo banyak mengenai persahabatan daripada cinta. Pada lansia lebih banyak ditemukan pasangan yang lebih stabil hubungannya dibandingkan dengan pasangan kumpul kebo yang muda. Walaupun para lansia yang kumpul kebo sangat sedikit yang akhirnya menikah. Romance and Sex in Older Adult’s Relationships. Kita sebelumnya membayangkan bahwa pasangan yang lebih tua tertarik pada seks atau romansa hubungan. Kita berpikir mereka menjadi lebih tertarik bermain kartu atau bergosip atau bercerita di teras. Namun pada faktanya, bertambahnya kesehatan dan umur yang panjang dari para lansia telah menghasilkan banyak pasangan tua yang melakukan kencan di kolam renang. Mengenai seksualitas mereka, para lansia memiliki cara yang berbeda dibandingkan orang yang lebih muda dalam menyalurkannya, terlebih ketika hubungan seksual mereka yang bertunangan menjadi lebih sulit. Lansia lebih menikmati sentuhan dan perhatian yang diberikan pasangannya sebagai aktivitas seksualnya. Bertambahnya usia sering dihubujngkan dengan berkurangnya hubungan seksual. Bagaimanapun persahabatan sering menjadi lebih penting ketimbang kebutuhan seksual. b. Older Adult Parents and Their Adult Children Sekitar 80% dari para lansia tinggal bersama anaknya yang telah berumur paruh baya. Sementara 10% bersama anaknya yang telah berusia 65 tahun. Perbedaan karakter orang tua lansia dan anak mereka yang sulung. Perceraian, kumpul kebo dan anaknya yang melahirkan diluar pernikahan pada umumnya dalam sejarah dewasa lebih tua pada saat ini dibanding sebelumnya. Gender memainkan peran penting melibatkan orang tua lansia dan anak mereka. Anak perempuan yang tua dibandingkan anak laki-laki yang tua lebih suka dilibatkan pada orang tua mereka yang sudah menua. Bantuan penting yan diberikan anak yang tua dapat membantu mengkordinir dan memonitor pelayanan kepada orang tua yang sudah tidak aktif lagi. c. Great - Grandparenting Karena semakin meningkatnya umur panjang, banyak kakek pada saat ini menjadi kakek buyut.Orang sering mempersepsikan kakek buyut mereka memiliki peraturan yang terdefenisi dan memiliki pengaruh dalam kehidupan mereka. d. Friendships Wanita yang tidak memiliki teman baik akan lebih sedikit memiliki kepuasan dengan hidup dibandingkan dengan wanita yang memiliki teman baik. Dan wanita akan lebih merasakan depresi dibanding laki-laki apabila tidak memiliki teman baik. Dan wanita yang memiliki teman baik akan semakin kecil mengalami depresi. e. Social Support and Social Integration Dukungan Sosial dan Integrasi Sosial memiliki peran penting untuk kesehatan fisik dan mental para lansia. Pada konvoi model hubungan sosial, seorang individu akan membantu hubungan ke individu kepada siapa mereka memberi dan dari siapa mereka menerima. Lansia yang menikah dan dengan lebih sedikit membutuhkan dukungan formal sosial, seperti perawat di rumah, perlindungan hari tua, pengantar makanan, ketimbang lansia yang tidak menikah. Keluarga memainkan perang penting dalam dukungan sosial bagi lansia, tetapi teman juga dapat memberikan bantuan terhadap dukungan sosialnya. Integrasi sosial juga memainkan peran penting dalam kehidupan para lansia. Dengan berkurangnya aktivitas sosial dari banyak lansia bisa mempengaruhi besarnya ketertarikan mereka dalam menghabiskan waktu dalam sebuah lingkaran kecil dari teman dan keluarga dimana mereka akan lebih sedikit memiliki emosi negatif yang muncul. Peneliti telahg menemukan bahwa dengan rendahnya level intergrasi sosialnya dapat dihubungkan dengan penyakit jantung koroner. Bagaimanapun, sendirian dan isolasi sosial adalah sebuah faktor signifikan yang dapat membahayakan para lansia. f. Alturism and Volunteerism Sebuah pendapat yang biasa bahwa orangtua diberikan bantuan oleh orang lain daripada memberikan bantuan terhadap dirinya sendiri. Para peneliti baru-baru menemukan bahwa ketika orang dewasa terlibat dalam perilaku altruistik dan relawan mereka bermanfaat dari kegiatan ini. Sebuah studi yang diikuti oleh 423 pasangan yang tua selama lima tahun. Pada awal studi, pasangan ditanya tentang sejauh mana mereka telah diberikan atau menerima bantuan emosional atau praktis dalam tahun lalu. Lima tahun kemudian, orang yang mengatakan bahwa mereka membantu orang lain setengahnya mungkin telah meninggal. Salah satu alasan yang mungkin untuk temuan ini adalah bahwa membantu orang lain dapat mengurangi output dari hormon stres, yang meningkatkan kesehatan jantung dan memperkuat sistim kekebalan tubuh. Para peneliti juga menemukan bahwa relawan sebagai orang dewasa yang lebih tua dikaitkan dengan sejumlah hasil positif. Sebuah studi awal, peneliti juga menemukan bahwa relawan sebagai orang dewasa yang lebih tua dikaitkan dengan sejumlah hasil positif. Sebuah studi awal individu 65 tahun dan lebih tua menemukan bahwa pekerja sukarelawan dibandingkan dengan nonvoulnteers lebih puas dengan kehidupan mereka dan kurang tertekan dan cemas. Dan dalam sebuah studi baru-baru ini, menjadi relawan sebagai orang dewasa yang lebih tua dikaitkan dengan pengaruh yang lebih positif dan dampak kurang negatif. Salah satu alasan untuk hasil positif dari relawan adalah penyediaan kegiatan konstruktif dan peran produktif, integrasi sosial, dan kebermaknaan ditingkatkan. 4. ETHNICITY, GENDER, AND CULTURE a. Ethnicity Perhatian khusus pada orang tua etnis minoritas, khususnya Amerika Latin dan Afrika, yang menduduki statistik kemiskinan. Informasi komparatif tentang Afrika, Latin, dan Kulit putih menunjukkan bahaya ganda mungkin bagi individu lansia etnis minoritas. Mereka menghadapi masalah terkait dengan ageism dan rasisme. Satu studi lebih dari 4000 orang dewasa menemukan bahwa Amerika Afrika merasakan diskriminasi lebih dari non-Latin putih. Baik kekayaan dan kesehatan orang tua etnis minoritas menurun lebih cepat daripada orang tua kulit putih non Latino. Orantua pada etnis minoritas lebih cenderung menjadi sakit, tetapi cenderung tidak menerima pengobatan. Mereka juga memiliki sejarah yang kurang pendidikan, pengangguran, kondisi rumah buruk, dan memiliki harapan hidup yang lebih pendek daripada orangtua kulit putih non-Latin. Meskipun orangtua dalam etnis minoritas menghadapi stres dan diskriminasi, banyak dari orang dewasa yang lebih tua telah mengembangkan mekanisme koping yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di dunia non-Latin yang dominan putih. Perpanjangan jaringan keluarga membantu orangtua kelompok-minoritas mengatasi dengan mempelajari arti penting dari hidup dan memberikan mereka rasa dicintai. Komunitas gereja Afrika Amerika dan Altino menunjukkan keinginan pada partisipasi sosial yang berarti, merasakan kekuatan, dan kepuasan internal. b. Gender Apakah peran gender berubah ketika kita bertambah tua? beberapa developmentalis percaya bahwa penurunan sifat femini pada wanita dan penurunan sifat maskulin pada pria ketika mereka mencapai usia akhir masa dewasa mereka. Bukti menunjukkan bahwa laki-laki yang lebih tua menjadi lebih feminin- , sensitif, dan sebagainya tetapi tidak selalu terjadi pada wanita yang lebih tua menjadi lebih maskulin- tegas, dominan dan yang lainnya. Perlu diingat bahwa efek kohort sangat penting untuk dipertimbangkan dalam bidang-bidang seperti peran gender. Sebagai perubahan sejarah sosial terjadi dan dinilai lebih sering dalam investigasi sepanjang kehidupan , apa yang dulu dianggap efek usia mungkin berubah menjadi efek kohort. Bahaya ganda yang mungkin juga dihadapi oleh wanita- baik beban dari ageism dan seksisme. Angka kemiskinan untuk wanita dewasa yang lebih tua hampir dua kali lipat dari laki-laki dewasa yang lebih tua. Tidak hanya penting untuk khawatir tentang bahaya ganda wanita yang lebih tua tentang ageism dan seksisme, tetapi perhatian khusus juga perlu ditujukan untuk wanita tua pada etnis minoritas. c. Culture Apa yang mempromosikan usia tua yang baik dalam kebanyakan budaya? analisis terbaru menunjukkan bahwa ketiga faktor penting dalam menjalani kehidupan yang baik sebagai orangtua: kesehatan, keamanan, dan kekerabatan / support. Dalam satu tampilan, tujuh faktor yang paling mungkin untuk memprediksi status tinggi untuk orang dewasa dalam suatu budaya adalah sebagai berikut: • Orangtua memiliki pengetahuan yang berharga • Orangtua memiliki sumber kunci kendali dari keluarga/komunitas • Orangtua diizinkan untuk terlibat dalam fungsi yang berguna dan dihargai selama mungkin • Adanya kontinuitas peran sepanjang hidup • Perubahan peran usia yang terkait melibatkan tanggung jawab, wewenang, dan kapasitas penasihat yang lebih besar • Keluarga besar adalah pengaturan keluarga yang umum dalam budaya, dan orang tua yang diintegrasikan ke dalam keluarga • Pada umumnya, menghormati orang dewasa yang lebih tua lebih besar dalam budaya kolektif daripada budaya individualistik Santrock, John W.2010.Twelfth Edition, Life-Span Development. New York: McGraw-Hill Co.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar